Sejak
dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal penggunaan obat
tradisional (jamu) dan pengobatan secara tradisional (dukun). Pada
zaman itu sebenarnya dukun melaksanakan dua profesi sekaligus, yaitu
profesi kedokteran, (mendiagnose penyakit) dan profesi kefarmasian
(meramu dan menyerahkan obat kepada yang membutuhkannya).
Penggunaan
obat dapat ditelusuri sejak tahun 2000 S.M. pada zaman kebudayaan
Mesir dan Babilonia telah dikenal obat dalam bentuk tablet tanah liat
(granul), dan bentuk sediaan obat lain. Saat itu juga sudah dikenal
ratusan jenis bahan alam yang digunakan sebagai obat. Pengetahuan
tentang obat dan pengobatan selanjutnya berkembang lebih rasional
pada zaman Yunani, ketika Hippocrates (460 S.M.) memperkenalkan
metode dasar ilmiah dalam pengobatan. Dalam zaman Yunani itu dikenal
pula Asklepios atau Aesculapius (7 S.M.) dan puterinya Hygeia.
Lambang tongkat Asklepios yang dililiti ular saat ini dijadikan
lambang penyembuhan (kedokteran), sedangkan cawan atau mangkok Hygeia
yang dililiti ular dijadikan lambang kefarmasian.
Perkembangan
profesi kefarmasian pada abad selanjutnya dilakukan dalam biara, yang
telah menghasilkan berbagai tulisan tentang obat dan pengobatan dalam
bahasa latin yang hampir punah itu, sampai saat ini dijadikan tradisi
dalam penulisan istilah di bidang kesehatan. Perkembangan kefarmasian
yang pesat pula telah terjadi dalam zaman kultur Arab dengan
terkenalnya seorang ahli yang bernama al-Saidalani pada abad ke-9.
Namun demikian tonggak sejarah yang penting bagi farmasi ialah tahun
1240 di Sisilia, Eropa, ketika dikeluarkan surat perintah raja
(edict) yang secara legal (menurut undang-undang) mengatur pemisahan
farmasi dari pengobatan. Surat perintah yang kemudian dinamakan
”Magna Charta” dalam bidang farmasi itu juga mewajibkan seorang
Farmasis melalui pengucapan sumpah, untuk menghasilkan obat yang
dapat diandalkan sesuai keterampilan dan seni meracik, dalam kualitas
yang sesuai dan seragam. ”Magna Charta” kefarmasian ini
dikembangkan sampai saat ini dalam bentuk Kode Etik Apoteker
Indonesia dan Sumpah Apoteker.
Keunggulan
bidang farmasi
- Farmasi adalah ilmu kesehatan yang menyeluruh, mempelajari berbagai bidang. mulai dari aspek kesehatan pada manusia itu sendiri sampai bahan-bahan apa saja yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia. Karena pengetahuannya ini, Farmasis menjadi salah satu tenaga kesehatan yang dipercaya mesyarakat dunia untuk memberikan pelayanan kesehatan (terutama terkait obat).
- Farmasi tidak hanya mempelajari obat dan penyakit, tetapi berkecimpung dalam hal kosmetika dan makanan.
- Ilmu farmasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Dengan ilmu farmasi, kita bisa waspada dengan apa saja yang bisa kita konsumsi. Setidaknya kita tahu masalah yang terkait dengan kebutuhan pokok manusia.
- Ilmu farmasi bagaikan pedang bermata dua. Bisa jadi dia mengundang bencana atau mendatangkan manfaat. Seperti kata pepatah lama, Obat itu racun, kecuali di tangan apoteker. Jadi farmasis berjasa mengubah benda berbahaya menjadi sesuatu yang bermanfaat.
- Lapangan kerjanya banyak, bisa di Industri, Rumah Sakit, Apotek, Lembaga diagnostik, BPOM, LPP POM, dinas kesehatan, Universitas, dan masih banyak lagi. Bisa juga jadi konsultan.
Sumber : Rina
0 komentar:
Posting Komentar